Kostatv.id – Indonesia diprediksi akan menghadapi kembali fenomena anomali iklim La Nina pada pertengahan tahun 2024, setelah hampir setahun dilanda oleh El Nino.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatat bahwa kondisi di akhir tahun ini cenderung mengalami penurunan suhu dibandingkan beberapa bulan terakhir.
La Nina, yang biasanya disertai dengan curah hujan tinggi, diperkirakan akan menyebabkan banjir dan badai tropis di berbagai wilayah di Indonesia.
Hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat akan menjadi lebih kuat selama fase La Nina. Hal ini akan mendorong massa air laut ke arah barat, menyebabkan suhu muka laut di Pasifik timur menjadi lebih dingin.
Dampaknya bagi Indonesia termasuk risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan peningkatan jumlah badai tropis.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan wilayah-wilayah tertentu akan mengalami curah hujan tinggi selama periode La Nina.
Baca: BMKG Ungkap Alasan di Balik Gelombang Panas di Indonesia
Juni hingga November 2024 diperkirakan sebagai puncak curah hujan yang tinggi, dengan beberapa wilayah seperti Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua Barat menjadi daerah yang berpotensi terdampak.
Meskipun La Nina membawa sejumlah dampak negatif seperti banjir, badai tropis, dan gagal panen yang dapat mengganggu sektor pertanian dan kesehatan masyarakat, ada juga dampak positif yang perlu diperhatikan.
La Nina dapat mengisi kembali cadangan air tanah yang berkurang akibat El Nino, meningkatkan produktivitas pertanian, dan membuka peluang pengembangan ekonomi lokal melalui pemanfaatan air berlimpah.
Menurut para ahli, meskipun La Nina membawa ancaman bencana, fenomena ini juga memberikan peluang untuk memajukan pengetahuan, teknologi, dan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu bersiap menghadapi dampak La Nina dengan mengambil langkah mitigasi yang tepat dan memanfaatkan potensi air yang berlimpah untuk kepentingan positif.