Kostatv.id – Iklim global memasuki fase transisi dari El Nino panas ke La Nina dingin, yang diprediksi akan berdampak signifikan terhadap cuaca di Indonesia serta potensi inflasi.
Fenomena ini disampaikan oleh Head of Equity Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan timnya dalam laporan Rabu (3/7/2024).
Menurut Satria, selama periode La Nina, Indonesia dapat mengalami lonjakan inflasi bahan pangan karena hujan dan cuaca dingin yang berpotensi mengganggu hasil panen di berbagai daerah.
“Pentingnya perhatian terhadap komoditas global seperti minyak, CPO, beras, kopi, jagung, dan kakao juga ditekankan, karena La Nina cenderung mempengaruhi musim dingin di Amerika Utara dan curah hujan di Asia Tenggara, Australia, dan Amerika Latin,” jelas Satria.
Meskipun inflasi umum di Indonesia tercatat rendah pada 2,5% yoy pada Juni, kata Satria, inflasi volatile food tetap tinggi di atas 5% selama sembilan bulan berturut-turut, yang dapat menggerus daya beli konsumen berpendapatan rendah.
Baca: BMKG Prediksi Dampak Kembalinya Fenomena La Nina di Indonesia
“Kami juga mengingatkan bahwa inflasi tertunda bisa terjadi akibat kenaikan harga bahan bakar dan pelemahan nilai tukar rupiah, yang membuat impor pangan menjadi lebih mahal,” ujarnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memprediksi bahwa La Nina akan mempengaruhi Indonesia pada kuartal III-2024, yang menjadi perhatian Kementerian Keuangan di bawah Menteri Sri Mulyani Indrawati.
La Nina dikenal dapat meningkatkan risiko banjir, suhu udara lebih rendah, serta meningkatkan aktivitas badai tropis di wilayah Indonesia.
Peran sektor perikanan dalam penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga disoroti, dengan potensi terganggunya sektor ini akibat perubahan iklim.
Untuk informasi lebih lanjut, La Nina adalah fenomena iklim yang terjadi ketika suhu muka laut di Samudera Pasifik tengah mengalami pendinginan, yang dapat mempengaruhi pola hujan dan cuaca global secara signifikan.