KOSTATV.ID – Indonesia memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan signifikan di kancah pangan global. Dengan kekayaan alam dan iklim tropis yang mendukung, negara ini berpeluang tidak hanya mencukupi kebutuhan pangan domestik tetapi juga menjadi salah satu pemasok utama pangan dunia.
Namun, untuk mencapai target besar ini, Indonesia perlu lebih dari sekadar potensi alam. Diperlukan sinergi strategis antar-kementerian dan komitmen politik yang kuat untuk mewujudkan visi besar sebagai “lumbung pangan dunia.”
Tahap awal yang krusial adalah memastikan ketahanan pangan nasional, yaitu ketersediaan pangan yang cukup, aman, dan bergizi bagi seluruh masyarakat, baik dalam kondisi normal maupun darurat.
Dengan pencapaian ini, pemerintah tentunya akan menjamin bahwa tidak ada lagi warga yang mengalami kekurangan pangan atau gizi. Namun, Jazuli Juwaini, Ketua Fraksi PKS, menekankan bahwa ketahanan pangan saja belum cukup.
Pemerintah harus melangkah menuju kedaulatan pangan, di mana Indonesia memiliki kemampuan penuh untuk memproduksi kebutuhan pangannya sendiri tanpa ketergantungan berlebihan pada impor, terutama untuk komoditas utama seperti beras, jagung, dan kedelai.
“Kedaulatan pangan adalah fondasi untuk meningkatkan kualitas SDM. Gizi yang baik menjadi dasar kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas masyarakat,” ujar Jazuli sebagaimana dilansir dari laman GNFI, Jumat (25/10/2024).
Selain menjaga stabilitas harga, kedaulatan pangan juga diyakini akan memperkuat sektor pertanian dalam negeri serta memberikan perlindungan bagi para petani lokal.
Langkah-langkah konkret telah mulai dirancang, salah satunya melalui program pencetakan sawah seluas tiga juta hektare yang akan dimulai tahun depan.
Baca: Indonesia Jajaki Kerja Sama Mineral Kritis dengan Afrika
Staf Khusus Menteri Pertanian, Sam Herodian, menyebut program tersebut didukung penuh oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto, dan melanjutkan perhatian pemerintahan sebelumnya.
“Kita patut bersyukur karena perhatian dari pemerintahan Jokowi hingga Prabowo berlanjut. Ini adalah momentum yang tepat untuk mempercepat ekspansi lahan, baik di lahan rawa maupun konvensional,” ungkap Sam.
Peneliti Core Indonesia, Eliza Mardian, turut menegaskan bahwa ambisi menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2030 bukanlah hal yang mustahil.
Namun, ia menggarisbawahi pentingnya visi yang selaras dan kolaborasi lintas kementerian. “Pertanian tidak bisa hanya bergantung pada satu kementerian. Harus ada integrasi antar-lembaga dan dukungan dana yang memadai,” tambahnya.
Berbagai tantangan besar memang menghadang, seperti perubahan iklim, keterbatasan infrastruktur, serta fluktuasi pasar global.
Meski begitu, Eliza menilai bahwa dengan inovasi teknologi, peningkatan produktivitas, dan kesinambungan program, Indonesia berada di jalur yang tepat menuju lumbung pangan dunia.
Kini, dunia menanti kiprah Indonesia di sektor pangan. Bukan lagi soal mampu atau tidak, tetapi seberapa cepat langkah yang diambil negara ini untuk mewujudkan ambisinya sebagai salah satu pusat pangan dunia.