KOSTATV.ID – Telinga kemasukan air adalah kondisi umum yang kerap terjadi setelah berenang, mandi, atau aktivitas air lainnya. Meski tidak berbahaya, air yang terperangkap di dalam telinga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, suara bergemuruh, bahkan gangguan pendengaran sementara.
Pakar kesehatan menyebut, kondisi ini terjadi karena air masuk dan terperangkap di saluran telinga, terutama bila bentuk saluran tidak ideal atau ada penumpukan kotoran telinga. Kebiasaan membersihkan telinga dengan cotton bud juga dapat memperparah kondisi karena mendorong air lebih dalam.
Gejala Umum dan Cara Penanganan
Beberapa gejala umum yang perlu diwaspadai antara lain sensasi tersumbat, suara terdengar tidak jelas, nyeri ringan, hingga telinga berdengung. Untuk mengatasinya, ada beberapa metode sederhana dan aman:
– Goyangkan daun telinga sambil memiringkan kepala ke sisi yang terdampak.
– Menguap atau mengunyah untuk membantu membuka saluran eustachius.
– Manuver Valsava, dengan menutup hidung dan meniup perlahan sambil menutup mulut.
– Tetes telinga campuran alkohol dan cuka, yang berfungsi mengeringkan air dan mencegah infeksi.
– Penggunaan hair dryer dengan suhu rendah dari jarak aman untuk membantu penguapan.
Kapan Harus ke Dokter THT?
Baca: Bau Badan Hilang Tanpa Deodoran, Begini Caranya!
Segera temui dokter THT jika mengalami nyeri telinga hebat, demam, keluarnya cairan dari telinga, hingga penurunan pendengaran yang signifikan. Kementerian Kesehatan RI mengingatkan, infeksi telinga yang tidak tertangani bisa berujung pada kerusakan pendengaran permanen.
Langkah Pencegahan dan Risiko Komplikasi
Beberapa langkah pencegahan antara lain menggunakan earplug saat berenang, mengeringkan telinga dengan handuk lembut, dan menghindari penggunaan cotton bud.
Jika tidak ditangani, air yang terperangkap bisa memicu infeksi telinga luar (otitis eksterna), swimmer’s ear, hingga tinnitus dan gangguan pendengaran sementara.
Meski tampak sepele, telinga kemasukan air tetap perlu penanganan yang benar. Bila keluhan tidak membaik, segera konsultasikan dengan dokter spesialis THT untuk mencegah risiko lebih lanjut.